Batu Piroklastik: Pengertian, Proses Pembentukan, Ciri-Ciri, dan Jenis-Jenis

Batu Piroklastik
Artikel ini membahas tentang pengertian, proses pembentukan, ciri-ciri, dan jenis-jenis batuan piroklastik yang merupakan hasil dari erupsi gunung berapi yang bersifat eksplosif.

Kali ini saya akan menulis tentang batu piroklastik, salah satu jenis batuan yang terbentuk dari aktivitas vulkanik. Artikel ini akan membahas tentang pengertian, proses pembentukan, ciri-ciri, dan jenis-jenis batu piroklastik.

Apa itu Batu Piroklastik?

Batu piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material vulkanik yang dihembuskan ke atmosfer oleh gunung berapi dan kemudian jatuh ke permukaan bumi. Kata piroklastik berasal dari bahasa Yunani, yaitu pyro yang berarti api dan klastos yang berarti pecahan. Jadi, batu piroklastik bisa diartikan sebagai batuan yang terdiri dari pecahan-pecahan material vulkanik yang bersuhu tinggi.

Batu piroklastik biasanya terbentuk dari erupsi gunung berapi yang bersifat eksplosif, yaitu erupsi yang mengeluarkan material vulkanik dengan tekanan dan kecepatan tinggi. Material vulkanik tersebut bisa berupa gas, abu, pasir, kerikil, atau batu-batu besar yang disebut piroklas. Piroklas adalah material vulkanik padat atau setengah padat yang berbentuk bulat atau tidak beraturan.

Bagaimana Proses Pembentukan Batu Piroklastik?

Proses pembentukan batu piroklastik melibatkan beberapa tahapan, yaitu:

  • Fragmentasi: Tahap ini terjadi ketika material vulkanik dalam bentuk magma atau lava pecah menjadi piroklas akibat tekanan gas atau perbedaan suhu dan viskositas. Fragmentasi bisa terjadi di dalam kantong magma, di permukaan kawah, atau di udara.
  • Transportasi: Tahap ini terjadi ketika piroklas dibawa oleh gas vulkanik atau angin ke arah horizontal atau vertikal. Transportasi bisa berupa jatuhan (fallout) atau aliran (flow). Jatuhan adalah proses dimana piroklas jatuh secara bebas ke permukaan bumi sesuai dengan hukum gravitasi. Aliran adalah proses dimana piroklas mengalir bersama gas vulkanik atau air dengan kecepatan tinggi dan menempuh jarak jauh.
  • Akomodasi: Tahap ini terjadi ketika piroklas mencapai tempat tujuan dan menumpuk membentuk endapan piroklastik. Endapan piroklastik bisa berupa tefra (material vulkanik yang berukuran kurang dari 2 mm), lapili (material vulkanik yang berukuran antara 2-64 mm), atau bom (material vulkanik yang berukuran lebih dari 64 mm).
  • Litifikasi: Tahap ini terjadi ketika endapan piroklastik mengalami proses perubahan fisik dan kimia akibat tekanan, suhu, air, atau organisme hidup. Litifikasi bisa meliputi kompaksi (penyusutan volume akibat tekanan), sementasi (penggabungan butir-butir endapan oleh bahan pengisi seperti silika atau kalsit), devitrifikasi (perubahan kaca vulkanik menjadi kristal), alterasi hidrotermal (perubahan mineral akibat air panas), atau bioturbasi (pengadukan endapan oleh organisme hidup).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan batu piroklastik antara lain:

  • Sifat magma: Sifat magma seperti komposisi kimia, suhu, viskositas, dan kandungan gas menentukan jenis dan ukuran piroklas yang terbentuk. Magma yang kaya silika, dingin, kental, dan banyak gas cenderung menghasilkan erupsi eksplosif dan piroklas yang halus dan ringan. Magma yang miskin silika, panas, encer, dan sedikit gas cenderung menghasilkan erupsi efusif dan piroklas yang kasar dan berat.
  • Jenis erupsi: Jenis erupsi seperti plinian, vulkanian, strombolian, atau hawaiian menentukan arah dan jarak transportasi piroklas. Erupsi yang kuat dan tinggi seperti plinian bisa membawa piroklas ke stratosfer dan menyebar ke seluruh dunia. Erupsi yang lemah dan rendah seperti hawaiian hanya bisa membawa piroklas ke sekitar kawah.
  • Lingkungan deposisi: Lingkungan deposisi seperti darat atau laut, kering atau basah, datar atau miring, dan dekat atau jauh dari sumber erupsi menentukan bentuk dan ketebalan endapan piroklastik. Endapan piroklastik yang terbentuk di laut cenderung lebih halus, lebih merata, dan lebih tebal daripada yang terbentuk di darat. Endapan piroklastik yang terbentuk di daerah basah cenderung lebih padat, lebih stabil, dan lebih mudah mengalami litifikasi daripada yang terbentuk di daerah kering.

Apa Ciri-Ciri B

atu Piroklastik?

Batu piroklastik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:

  • Ukuran butir: Ukuran butir batu piroklastik bervariasi dari sangat halus (mikron) sampai sangat kasar (meter). Ukuran butir batu piroklastik dipengaruhi oleh ukuran piroklas asalnya, jarak transportasi, dan proses litifikasi. Secara umum, ukuran butir batu piroklastik menurun dengan meningkatnya jarak transportasi dan litifikasi.
  • Bentuk butir: Bentuk butir batu piroklastik bervariasi dari bulat sampai tidak beraturan. Bentuk butir batu piroklastik dipengaruhi oleh bentuk piroklas asalnya, kecepatan transportasi, dan proses litifikasi. Secara umum, bentuk butir batu piroklastik menjadi lebih bulat dengan meningkatnya kecepatan transportasi dan litifikasi.
  • Kompaksi: Kompaksi adalah derajat kepadatan batu piroklastik yang ditunjukkan oleh rasio antara volume ruang pori dengan volume total batu. Kompaksi batu piroklastik dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk butir, jenis bahan pengisi, dan proses litifikasi. Secara umum, kompaksi batu piroklastik meningkat dengan menurunnya ukuran dan bentuk butir, meningkatnya jenis bahan pengisi, dan meningkatnya proses litifikasi.
  • Tekstur: Tekstur adalah susunan relatif antara butir-butir batu piroklastik. Tekstur batu piroklastik dipengaruhi oleh jenis dan ukuran piroklas asalnya, jenis erupsi, jenis transportasi, dan proses litifikasi. Secara umum, tekstur batu piroklastik bisa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
    • Tekstur eutaksis: Tekstur ini terjadi ketika batu piroklastik terdiri dari kaca vulkanik yang tidak mengalami kristalisasi. Tekstur ini biasanya ditemukan pada tefra atau endapan jatuhan yang terbentuk dari erupsi eksplosif dengan suhu tinggi.
    • Tekstur vitroklas: Tekstur ini terjadi ketika batu piroklastik terdiri dari kaca vulkanik yang mengalami devitrifikasi sebagian atau seluruhnya. Tekstur ini biasanya ditemukan pada tufa atau endapan aliran yang terbentuk dari erupsi eksplosif dengan suhu sedang.
    • Tekstur kristaloklas: Tekstur ini terjadi ketika batu piroklastik terdiri dari kristal-kristal mineral yang berasal dari magma atau lava asalnya. Tekstur ini biasanya ditemukan pada aglomerat atau endapan surge yang terbentuk dari erupsi efusif dengan suhu rendah.
    • Struktur: Struktur adalah susunan spasial antara butir-butir batu piroklastik. Struktur batu piroklastik dipengaruhi oleh jenis transportasi, jenis endapan, dan proses litifikasi. Secara umum, struktur batu piroklastik bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
    • Struktur primer: Struktur ini terbentuk saat endapan piroklastik baru terbentuk dan belum mengalami litifikasi. Struktur ini bisa berupa lapisan (bedding), gradasi (grading), sortasi (sorting), atau orientasi (orientation).
    • Struktur sekunder: Struktur ini terbentuk setelah endapan piroklastik mengalami litifikasi dan terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal. Struktur ini bisa berupa retakan (fracture), lipatan (fold), rekahan (joint), atau foliasi (foliation).

Apa Jenis-Jenis Batu Piroklastik?

Batu piroklastik bisa diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan jenis piroklasnya, yaitu:

  • Tefra: Batu piroklastik yang terdiri dari material vulkanik yang berukuran kurang dari 2 mm. Tefra bisa berupa abu vulkanik, lapili, atau kaca vulkanik. Tefra biasanya terbentuk dari endapan jatuhan yang terjadi saat erupsi eksplosif dengan suhu tinggi. Contoh batu tefra adalah tufa, ignimbrit, dan peperit.
  • Lapili: Batu piroklastik yang terdiri dari material vulkanik yang berukuran antara 2-64 mm. Lapili bisa berupa kerikil vulkanik, bom vulkanik, atau skoria. Lapili biasanya terbentuk dari endapan aliran yang terjadi saat erupsi eksplosif dengan suhu sedang. Contoh batu lapili adalah breksi vulkanik, aglomerat, dan konglomerat.
  • Bom: Batu piroklastik yang terdiri dari material vulkanik yang berukuran lebih dari 64 mm. Bom bisa berupa batu besar yang berbentuk bulat atau tidak beraturan. Bom biasanya terbentuk dari endapan surge yang terjadi saat erupsi efusif dengan suhu rendah. Contoh batu bom adalah andesit, basalt, dan riolit.

Batu piroklastik juga bisa diklasifikasikan berdasarkan komposisi batuan menurut Fisher (1966), yaitu:

Komposisi Kandungan Kaca Vulkanik Kandungan Kristal Kandungan Batuan
Vitrik >75% <10% <15%
Kristalovitrik 25-75% 10-50% <25%
Litovitrik <25% <25% >50%
Kristalolitik <25% >50% <25%

Contoh-contoh batuan piroklastik yang terdapat di Indonesia antara lain:

  • Tufa: Batuan piroklastik yang terdiri dari abu vulkanik yang mengalami litifikasi. Tufa memiliki tekstur vitroklas dan struktur lapisan. Tufa biasanya berwarna putih, abu-abu, atau coklat. Tufa banyak ditemukan di daerah Gunung Merapi, Gunung Kelud, dan Gunung Rinjani.
  • Ignimbrit: Batuan piroklastik yang terdiri dari kaca vulkanik dan kristal yang mengalami litifikasi. Ignimbrit memiliki tekstur eutaksis dan struktur gradasi. Ignimbrit biasanya berwarna merah, kuning, atau hijau. Ignimbrit banyak ditemukan di daerah Gunung Batur, Gunung Galunggung, dan Gunung Krakatau.
  • Breksi vulkanik: Batuan piroklastik yang terdiri dari kerikil vulkanik dan kaca vulkanik yang mengalami litifikasi. Breksi vulkanik memiliki tekstur vitroklas dan struktur sortasi. Breksi vulkanik biasanya berwarna hitam, abu-abu, atau coklat. Breksi vulkanik banyak ditemukan di daerah Gunung Gede, Gunung Papandayan, dan Gunung Semeru.
  • Aglomerat: Batuan piroklastik yang terdiri dari bom vulkanik dan kristal yang mengalami litifikasi. Aglomerat memiliki tekstur kristaloklas dan struktur orientasi. Aglomerat biasanya berwarna hitam, merah, atau coklat. Aglomerat banyak ditemukan di daerah Gunung Bromo, Gunung Tangkuban Perahu, dan Gunung Soputan.

Kesimpulan

Batu piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material vulkanik yang dihembuskan ke atmosfer oleh gunung berapi dan kemudian jatuh ke permukaan bumi. Batu piroklastik memiliki ciri-ciri yang bervariasi tergantung pada proses pembentukan, transportasi, dan litifikasinya. Batu piroklastik bisa diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan jenis piroklasnya atau berdasarkan komposisi batuannya. Batu piroklastik memiliki manfaat dan dampak bagi lingkungan, seperti sebagai bahan bangunan, bahan tambang, bahan penelitian, atau sebagai faktor penyebab bencana alam.

Demikian artikel saya tentang batu piroklastik. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang geologi. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis. Jika Anda memiliki pertanyaan, saran, atau kritik, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top