Cara Menghitung Stripping Ratio Nikel

Nikel adalah salah satu logam yang banyak digunakan dalam industri, seperti pembuatan baterai, baja tahan karat, koin, dan lain-lain. Namun, untuk mendapatkan nikel yang berkualitas, tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak proses yang harus dilalui, salah satunya adalah penambangan. Penambangan nikel adalah kegiatan menggali bijih nikel yang terdapat di dalam tanah. Bijih nikel adalah batuan yang mengandung unsur nikel dalam jumlah tertentu. Namun, bijih nikel tidak selalu berada di permukaan tanah. Kadang-kadang, bijih nikel tertutup oleh lapisan batuan lain yang disebut overburden.

Overburden adalah batuan pengotor yang harus dihilangkan untuk mencapai bijih nikel yang diinginkan. Overburden bisa berupa tanah, pasir, kerikil, batu kapur, atau batuan lainnya. Overburden tidak mengandung unsur nikel atau kadar nikel yang sangat rendah.

Menghilangkan overburden tentu saja membutuhkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu dihitung seberapa besar volume overburden yang harus diangkat untuk mendapatkan volume bijih nikel yang diinginkan. Perbandingan antara volume overburden dan volume bijih nikel ini disebut stripping ratio.

Stripping ratio adalah salah satu parameter penting dalam penambangan nikel. Stripping ratio menunjukkan efisiensi dan efektivitas penambangan nikel. Stripping ratio juga mempengaruhi biaya operasional, pendapatan, dan keuntungan dari penambangan nikel.

Stripping ratio tidak hanya dipengaruhi oleh volume overburden dan volume bijih nikel saja. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi stripping ratio, seperti:

  • Kualitas bijih nikel. Semakin tinggi kadar nikel dalam bijih, semakin rendah stripping ratio yang dibutuhkan.
  • Metode penambangan. Ada beberapa metode penambangan yang digunakan untuk mengekstraksi bijih nikel, seperti open pit mining, underground mining, heap leaching, dan lain-lain. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam hal stripping ratio.
  • Biaya operasional. Biaya operasional meliputi biaya bahan bakar, alat berat, tenaga kerja, transportasi, pemeliharaan, dan lain-lain. Semakin tinggi biaya operasional, semakin rendah stripping ratio yang diinginkan.
  • Aspek lingkungan. Aspek lingkungan meliputi dampak penambangan terhadap tanah, air, udara, flora, fauna, dan masyarakat sekitar. Semakin besar dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan, semakin rendah stripping ratio yang harus dipatuhi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas cara menghitung stripping ratio nikel dengan contoh perhitungan. Kita akan menggunakan data eksplorasi dan produksi dari PT. Timah Eksplomin di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Data ini diambil dari jurnal ilmiah berjudul “Analisis Stripping Ratio Penambangan Nikel Laterit PT Timah Eksplomin” oleh Rov

Cara Menghitung Stripping Ratio Nikel

Untuk menghitung stripping ratio nikel, kita perlu mengetahui dua hal utama, yaitu:

  • Volume overburden
  • Volume bijih nikel

Volume overburden adalah volume batuan pengotor yang harus dihilangkan untuk mencapai bijih nikel yang diinginkan. Volume overburden dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

$$V_o = A_o \times T_o$$

Dimana:

$V_o$ = Volume overburden (m3)

$A_o$ = Luas area overburden (m2)

$T_o$ = Tebal rata-rata overburden (m)

Volume bijih nikel adalah volume bijih yang terdapat di dalam tanah. Volume bijih nikel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

$$V_b = A_b \times T_b$$

Dimana:

$V_b$ = Volume bijih nikel (m3)

$A_b$ = Luas area bijih nikel (m2)

$T_b$ = Tebal rata-rata bijih nikel (m)

Setelah mengetahui volume overburden dan volume bijih nikel, kita dapat menghitung stripping ratio dengan menggunakan rumus berikut:

$$SR = \frac{V_o}{V_b}$$

Dimana:

$SR$ = Stripping ratio

$V_o$ = Volume overburden (m3)

$V_b$ = Volume bijih nikel (m3)

Stripping ratio menunjukkan berapa banyak overburden yang harus diangkat untuk mendapatkan satu satuan bijih nikel. Stripping ratio biasanya dinyatakan dalam satuan BCM/ton, yaitu bank cubic meter per ton. Bank cubic meter adalah volume tanah atau batuan yang belum digali, sedangkan ton adalah berat bijih nikel.

Untuk mengubah satuan volume menjadi satuan berat, kita perlu mengetahui densitas atau massa jenis dari overburden dan bijih nikel. Densitas adalah perbandingan antara massa dan volume dari suatu benda. Densitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

$$D = \frac{m}{V}$$

Dimana:

$D$ = Densitas (kg/m3)

$m$ = Massa (kg)

$V$ = Volume (m3)

Dengan mengetahui densitas dari overburden dan bijih nikel, kita dapat menghitung stripping ratio dalam satuan BCM/ton dengan menggunakan rumus berikut:

$$SR = \frac{V_o \times D_o}{V_b \times D_b}$$

Dimana:

$SR$ = Stripping ratio (BCM/ton)

$V_o$ = Volume overburden (m3)

$D_o$ = Densitas overburden (kg/m3)

$V_b$ = Volume bijih nikel (m3)

$D_b$ = Densitas bijih nikel (kg/m3)

Contoh Perhitungan Stripping Ratio Nikel

Untuk memperjelas cara menghitung stripping ratio nikel, kita akan menggunakan contoh perhitungan berdasarkan data eksplorasi dan produksi dari PT. Timah Eksplomin di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Data ini diambil dari jurnal ilmiah berjudul “Analisis Stripping Ratio Penambangan Nikel Laterit PT Timah Eksplomin” oleh Rovicky Dwi Putrohari.

Data eksplorasi adalah data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dan pengukuran sebelum penambangan dilakukan. Data eksplorasi mencakup volume overburden, volume bijih nikel, dan kadar nikel dalam bijih. Data eksplorasi dari PT. Timah Eksplomin adalah sebagai berikut:

ParameterNilai
Volume overburden1.095 juta BCM
Volume bijih nikel314.796 ton
Kadar nikel1,81-3,06%

Data produksi adalah data yang diperoleh dari kegiatan penambangan yang sesungguhnya. Data produksi mencakup volume overburden, volume bijih nikel, kadar nikel, dan densitas overburden dan bijih nikel. Data produksi dari PT. Timah Eksplomin adalah sebagai berikut:

ParameterNilai
Volume overburden1.200 juta BCM
Volume bijih nikel300.000 ton
Kadar nikel1,65-1,78%
Densitas overburden1,8 ton/m3

Dari data eksplorasi dan produksi tersebut, kita dapat menghitung stripping ratio nikel dengan menggunakan rumus-rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah perhitungannya:

  • Menghitung volume bijih nikel dalam satuan m3 dengan menggunakan rumus:

$$V_b = \frac{m_b}{D_b}$$

Dimana:

$V_b$ = Volume bijih nikel (m3)

$m_b$ = Massa bijih nikel (ton)

$D_b$ = Densitas bijih nikel (ton/m3)

Karena densitas bijih nikel tidak diketahui, kita dapat mengasumsikan bahwa densitas bijih nikel sama dengan densitas overburden, yaitu 1,8 ton/m3. Dengan demikian, kita dapat menghitung volume bijih nikel sebagai berikut:

$$V_b = \frac{m_b}{D_b} = \frac{300.000}{1,8} = 166.667 m^3$$

  • Menghitung stripping ratio dalam satuan m3/m3 dengan menggunakan rumus:

$$SR = \frac{V_o}{V_b}$$

Dimana:

$SR$ = Stripping ratio (m3/m3)

$V_o$ = Volume overburden (m3)

$V_b$ = Volume bijih nikel (m3)

Dengan menggunakan data eksplorasi dan produksi, kita dapat menghitung stripping ratio sebagai berikut:

$$SR = \frac{V_o}{V_b} = \frac{1.200.000.000}{166.667} = 7.200 m^3/m^3$$

  • Menghitung stripping ratio dalam satuan BCM/ton dengan menggunakan rumus:

$$SR = \frac{V_o \times D_o}{V_b \times D_b}$$

Dimana:

$SR$ = Stripping ratio (BCM/ton)

$V_o$ = Volume overburden (m3)

$D_o$ = Densitas overburden (ton/m3)

$V_b$ = Volume bijih nikel (m3)

$D_b$ = Densitas bijih nikel (ton/m3)

Dengan menggunakan data eksplorasi dan produksi, serta asumsi bahwa densitas bijih nikel sama dengan densitas overburden, kita dapat menghitung stripping ratio sebagai berikut:

$$SR = \frac{V_o \times D_o}{V_b \times D_b} = \frac{1.200.000.000 \times 1,8}{166.667 \times 1,8} = 7.200 BCM/ton$$

Dari hasil perhitungan tersebut, kita dapat melihat bahwa stripping ratio nikel dari PT. Timah Eksplomin adalah 7.200 BCM/ton. Artinya, untuk mendapatkan satu ton bijih nikel, perusahaan harus mengangkat 7.200 BCM overburden.

Kesimpulan

Stripping ratio adalah salah satu parameter penting dalam penambangan nikel. Stripping ratio menunjukkan efisiensi dan efektivitas penambangan nikel. Stripping ratio juga mempengaruhi biaya operasional, pendapatan, dan keuntungan dari penambangan nikel.

Stripping ratio tidak hanya dipengaruhi oleh volume overburden dan volume bijih nikel saja. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi stripping ratio, seperti kualitas bijih nikel, metode penambangan, biaya operasional, dan aspek lingkungan.

Stripping ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus: SR = Volume Overburden / Volume Bijih Nikel. Stripping ratio biasanya dinyatakan dalam satuan BCM/ton, yaitu bank cubic meter per ton.

Contoh perhitungan stripping ratio nikel dari PT. Timah Eksplomin adalah 7.200 BCM/ton. Artinya, untuk mendapatkan satu ton bijih nikel, perusahaan harus mengangkat 7.200 BCM overburden.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penambangan nikel, perusahaan harus berusaha untuk menurunkan stripping ratio sebisa mungkin. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:

  • Meningkatkan kualitas bijih nikel dengan melakukan proses benefisiasi atau pemurnian sebelum penambangan.
  • Memilih metode penambangan yang sesuai dengan kondisi geologi dan ekonomi daerah penambangan.
  • Mengoptimalkan biaya operasional dengan menggunakan alat berat yang efisien, tenaga kerja yang terampil, dan transportasi yang cepat.
  • Meminimalkan dampak lingkungan dengan melakukan reklamasi lahan bekas tambang, pengelolaan limbah, dan pemberdayaan masyarakat sekitar.

Demikian artikel ini tentang cara menghitung stripping ratio nikel. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang tertarik dengan bidang geologi terapan. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis. Jika Anda memiliki pertanyaan, saran, atau kritik, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top