Halo, sobat geologi! Apa kabar? Semoga sehat dan tetap semangat ya. Kali ini, saya akan membahas tentang salah satu topik yang menarik dan penting dalam ilmu geologi, yaitu geologi regional. Apa itu geologi regional? Bagaimana konsep-konsep dasarnya? Dan bagaimana penerapannya di Indonesia? Yuk, kita simak bersama artikel ini sampai habis.

Pendahuluan

Geologi regional adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari karakteristik dan evolusi suatu wilayah geografis. Wilayah geografis yang dimaksud bisa berupa benua, pulau, pegunungan, lembah, danau, atau laut. Geologi regional bertujuan untuk mengetahui asal-usul, sejarah, dan proses-proses yang membentuk wilayah tersebut. Dengan demikian, kita bisa memahami kondisi geologi saat ini dan perkiraan geologi masa depan dari wilayah tersebut.

Geologi regional memiliki banyak manfaat, baik dari segi ilmiah maupun praktis. Secara ilmiah, geologi regional dapat membantu kita untuk menguji dan mengembangkan teori-teori geologi, seperti teori tektonik lempeng, teori orogenesis, teori eustasi, dan lain-lain. Secara praktis, geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui potensi sumber daya alam, bencana alam, dan perubahan lingkungan yang ada di suatu wilayah. Misalnya, kita bisa mengetahui di mana letak cadangan minyak dan gas bumi, di mana zona rawan gempa dan tsunami, atau bagaimana dampak perubahan iklim terhadap kawasan karst.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kondisi geologi regional yang sangat menarik dan kompleks. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau. Indonesia juga terletak di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Akibatnya, Indonesia memiliki keragaman geologi yang tinggi, mulai dari pegunungan muda yang aktif vulkanik, dataran rendah yang subur, hingga laut dalam yang misterius. Indonesia juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, seperti mineral, batubara, migas, panas bumi, dan air tanah. Namun, Indonesia juga menghadapi ancaman bencana alam yang besar, seperti gempa bumi, gunung berapi, tsunami, longsor, banjir, dan kekeringan. Oleh karena itu, mempelajari geologi regional di Indonesia sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan masyarakat.

Konsep Geologi Regional

Untuk mempelajari geologi regional suatu wilayah, kita perlu memahami konsep-konsep dasar geologi yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Konsep-konsep dasar geologi regional antara lain adalah tektonik lempeng, struktur geologi, geomorfologi, stratigrafi, dan paleontologi. Berikut adalah penjelasan singkat tentang konsep-konsep tersebut:

  • Tektonik lempeng adalah teori yang menjelaskan tentang gerakan dan interaksi antara lempeng-lempeng besar yang membentuk permukaan bumi. Tektonik lempeng dapat menjelaskan fenomena-fenomena geologi seperti pembentukan pegunungan (orogenesis), pembentukan cekungan (subsiden), pembentukan gunung berapi (vulkanisme), pembentukan gempa bumi (seismisitas), dan pembentukan pulau-pulau (insularisasi).
  • Struktur geologi adalah bentuk-bentuk atau pola-pola yang terbentuk akibat deformasi atau perubahan bentuk dari batuan-batuan di bawah pengaruh gaya-gaya tektonik. Struktur geologi dapat berupa lipatan (fold), patahan (fault), sesar (thrust), rekahan (joint), atau bidang geser (shear zone). Struktur geologi dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanik dari batuan, seperti porositas, permeabilitas, kekuatan, dan kestabilan.
  • Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk permukaan bumi dan proses-proses yang membentuknya. Geomorfologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu geomorfologi struktural dan geomorfologi proses. Geomorfologi struktural berkaitan dengan bentuk-bentuk permukaan bumi yang dipengaruhi oleh struktur geologi, seperti pegunungan, lembah, dataran tinggi, dan dataran rendah. Geomorfologi proses berkaitan dengan bentuk-bentuk permukaan bumi yang dipengaruhi oleh proses-proses eksogen, seperti erosi, sedimentasi, pelapukan, dan pelarutan.
  • Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, hubungan, dan distribusi lapisan-lapisan batuan (strata) di dalam kerak bumi. Stratigrafi dapat membantu kita untuk mengetahui usia relatif dan absolut dari batuan-batuan, serta lingkungan pengendapan dan perubahan iklim yang terjadi di masa lalu. Stratigrafi juga dapat membantu kita untuk mengetahui sejarah tektonik dan evolusi geologi suatu wilayah.
  • Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lalu berdasarkan fosil-fosil yang terdapat di dalam batuan. Paleontologi dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis organisme yang hidup di masa lalu, hubungan kekerabatan antara organisme tersebut, serta adaptasi dan evolusi yang terjadi pada organisme tersebut. Paleontologi juga dapat membantu kita untuk mengetahui lingkungan hidup dan perubahan lingkungan yang terjadi di masa lalu.

Setelah memahami konsep-konsep dasar geologi regional, kita bisa mengaplikasikannya dalam studi kasus geologi regional di berbagai wilayah di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh penerapan konsep-konsep tersebut:

  • Tektonik lempeng: Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Eurasia bergerak ke arah timur-selatan dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun. Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/tahun. Lempeng Pasifik bergerak ke arah barat-laut dengan kecepatan sekitar 10 cm/tahun. Interaksi antara ketiga lempeng ini menghasilkan berbagai fenomena geologi regional di Indonesia, seperti:
    • Pembentukan pegunungan muda yang aktif vulkanik di sepanjang busur Sunda (Sumatera-Jawa-Bali-Nusa Tenggara) akibat subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia.
    • Pembentukan cekungan sedimen di sepanjang pantai barat Sumatera dan pantai selatan Jawa akibat subsiden kerak bumi akibat beban sedimen yang terbawa oleh lempeng Indo-Australia.
    • Pembentukan pegunungan Bintang di Papua akibat kolisi antara lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia.
    • Pembentukan pulau-pulau vulkanik di sepanjang busur Sangihe-Talaud-Halmahera-Banda akibat subduksi lempeng Pasifik di bawah lempeng Eurasia.
    • Pembentukan pulau-pulau non-vulkanik di sepanjang busur Sulawesi-Maluku akibat rotasi dan fragmentasi lempeng Eurasia akibat gaya dorong dari lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik.
  • Struktur geologi: Indonesia memiliki berbagai jenis struktur geologi yang terbentuk akibat gaya-gaya tektonik yang bekerja pada batuan-batuan di Indonesia. Beberapa contoh struktur geologi yang terbentuk di Indonesia adalah:
    • Lipatan (fold): Lipatan adalah struktur geologi yang terbentuk akibat tekanan lateral yang menyebabkan batuan berlengkung atau melengkung. Lipatan dapat berupa antiklin (lipatan cembung ke atas) atau sinklin (lipatan cembung ke bawah). Lipatan dapat mempengaruhi distribusi lapisan batuan, sumber daya alam, dan bentuk permukaan bumi. Contoh lipatan di Indonesia adalah Pegunungan Barisan di Sumatera, Pegunungan Serayu di Jawa, dan Pegunungan Meratus di Kalimantan.
    • Patahan (fault): Patahan adalah struktur geologi yang terbentuk akibat gaya tarik atau dorong yang menyebabkan batuan patah atau retak. Patahan dapat berupa normal (batuan atas turun relatif terhadap batuan bawah), reverse (batuan atas naik relatif terhadap batuan bawah), atau strike-slip (batuan bergerak sejajar dengan bidang patahan). Patahan dapat mempengaruhi pergerakan dan deformasi batuan, sirkulasi fluida, dan aktivitas seismik. Contoh patahan di Indonesia adalah Sesar Sumatera, Sesar Lembang, dan Sesar Palu-Koro.
    • Sesar (thrust): Sesar adalah struktur geologi yang terbentuk akibat gaya dorong yang menyebabkan batuan atas meluncur atau menindih batuan bawah. Sesar merupakan jenis patahan reverse dengan sudut bidang patahan yang rendah (<45°). Sesar dapat mempengaruhi penumpukan dan pengangkatan batuan, pembentukan pegunungan, dan deformasi tektonik. Contoh sesar di Indonesia adalah Sesar Medan, Sesar Semangko, dan Sesar Sorong.
    • Rekahan (joint): Rekahan adalah struktur geologi yang terbentuk akibat gaya tarik atau dorong yang menyebabkan batuan retak tanpa perpindahan relatif antara kedua sisi retakan. Rekahan dapat berupa rekahan tegangan (tensional joint), rekahan tekanan (compressional joint), atau rekahan geser (shear joint). Rekahan dapat mempengaruhi pelapukan dan erosi batuan, permeabilitas dan porositas batuan, serta pembentukan gua dan karst. Contoh rekahan di Indonesia adalah Rekahan Gunung Merapi, Rekahan Gunung Gede, dan Rekahan Gunung Kelimutu.
    • Bidang geser (shear zone): Bidang geser adalah struktur geologi yang terbentuk akibat gaya geser yang menyebabkan batuan mengalami deformasi plastis atau duktif di sepanjang bidang tertentu. Bidang geser dapat berupa bidang geser dextral (right-lateral shear zone), bidang geser sinistral (left-lateral shear zone), atau bidang geser transpresi (transpressional shear zone). Bidang geser dapat mempengaruhi rotasi dan fragmentasi batuan, metamorfisme dan mineralisasi batuan, serta pembentukan pulau-pulau. Contoh bidang geser di Indonesia adalah Bidang Geser Sulawesi, Bidang Geser Sorong, dan Bidang Geser Semau.
  • Geomorfologi: Indonesia memiliki berbagai jenis bentuk permukaan bumi yang dipengaruhi oleh struktur geologi dan proses eksogen. Beberapa contoh bentuk permukaan bumi di Indonesia adalah:
    • Pegunungan: Pegunungan adalah bentuk permukaan bumi yang memiliki ketinggian relatif tinggi (>300 m) dan kemiringan curam (>15°). Pegunungan biasanya terbentuk akibat proses orogenesis yang dipicu oleh tektonik lempeng. Pegunungan dapat berupa pegunungan vulkanik (terbentuk akibat vulkanisme) atau pegunungan non-vulkanik (terbentuk akibat lipatan, patahan, atau sesar). Pegunungan dapat mempengaruhi iklim, hidrologi, biodiversitas, dan budaya masyarakat. Contoh pegunungan di Indonesia adalah Pegunungan Jayawijaya, Pegunungan Dieng, dan Pegunungan Rinjani.
    • Lembah: Lembah adalah bentuk permukaan bumi yang memiliki ketinggian relatif rendah (<300 m) dan kemiringan landai (<15°). Lembah biasanya terbentuk akibat proses erosi yang dipicu oleh aliran air. Lembah dapat berupa lembah sungai (terbentuk akibat erosi alur sungai), lembah u (terbentuk akibat erosi gletser), atau lembah v (terbentuk akibat erosi air permukaan). Lembah dapat mempengaruhi drainase, sedimentasi, kesuburan tanah, dan pemukiman masyarakat. Contoh lembah di Indonesia adalah Lembah Brantas, Lembah Baliem, dan Lembah Harau.
    • Dataran tinggi: Dataran tinggi adalah bentuk permukaan bumi yang memiliki ketinggian relatif tinggi (>300 m) dan kemiringan landai (<15°). Dataran tinggi biasanya terbentuk akibat proses pelapukan atau pelarutan yang dipicu oleh iklim. Dataran tinggi dapat berupa dataran tinggi karst (terbentuk akibat pelarutan batuan kapur), dataran tinggi laterit (terbentuk akibat pelapukan batuan beku), atau dataran tinggi basalt (terbentuk akibat pelapukan batuan vulkanik). Dataran tinggi dapat mempengaruhi sumber air, vegetasi, fauna, dan pertanian masyarakat. Contok dataran tinggi di Indonesia adalah Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Batur, dan Dataran Tinggi Tengger.
    • Dataran rendah: Dataran rendah adalah bentuk permukaan bumi yang memiliki ketinggian relatif rendah (<300 m) dan kemiringan landai (<15°). Dataran rendah biasanya terbentuk akibat proses sedimentasi yang dipicu oleh aliran air atau angin. Dataran rendah dapat berupa dataran rendah aluvial (terbentuk akibat sedimentasi sungai), dataran rendah delta (terbentuk akibat sedimentasi muara sungai), atau dataran rendah pantai (terbentuk akibat sedimentasi laut). Dataran rendah dapat mempengaruhi banjir, salinitas tanah, produktivitas tanaman, dan industri masyarakat. Contoh dataran rendah di Indonesia adalah Dataran Rendah Jawa, Dataran Rendah Musi, dan Dataran Rendah Merauke.
  • Stratigrafi: Indonesia memiliki berbagai jenis lapisan batuan yang tersusun secara vertikal maupun horizontal di dalam kerak bumi. Lapisan batuan tersebut mencerminkan usia relatif dan absolut, lingkungan pengendapan, dan perubahan iklim yang terjadi di masa lalu. Beberapa contoh lapisan batuan di Indonesia adalah:
    • Formasi Batulempung Toba: Formasi ini terdiri dari batulempung abu vulkanik yang berasal dari letusan Gunung Toba sekitar 74.000 tahun yang lalu. Formasi ini tersebar di sebagian besar Sumatera Utara dan sebagian Aceh. Formasi ini menunjukkan usia kuarter, lingkungan pengendapan lacustrine (danau), dan perubahan iklim glasial (dingin).
    • Formasi Batugamping Wonosari: Formasi ini terdiri dari batugamping karbonat yang berasal dari endapan laut dangkal sekitar 2-5 juta tahun yang lalu. Formasi ini tersebar di sebagian besar Gunungkidul dan sebagian Bantul. Formasi ini menunjukkan usia pliosen-miosen, lingkungan pengendapan neritik (laut dangkal), dan perubahan iklim interglasial (hangat).
    • Formasi Batupasir Cibulakan: Formasi ini terdiri dari batupasir klastik yang berasal dari endapan delta sungai sekitar 15-20 juta tahun yang lalu. Formasi ini tersebar di sebagian besar Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Formasi ini menunjukkan usia oligosen-miosen, lingkungan pengendapan deltaik (delta sungai), dan perubahan iklim subtropis (sedang).
  • Paleontologi: Indonesia memiliki berbagai jenis fosil yang terdapat di dalam batuan. Fosil adalah sisa-sisa atau jejak-jejak organisme yang hidup di masa lalu yang terawetkan di dalam batuan. Fosil dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis organisme yang hidup di masa lalu, hubungan kekerabatan antara organisme tersebut, serta adaptasi dan evolusi yang terjadi pada organisme tersebut. Fosil juga dapat membantu kita untuk mengetahui lingkungan hidup dan perubahan lingkungan yang terjadi di masa lalu. Beberapa contoh fosil di Indonesia adalah:
  • Fosil manusia: Fosil manusia adalah fosil yang berasal dari spesies-spesies manusia purba yang hidup di Indonesia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil manusia dapat membantu kita untuk mengetahui asal-usul, migrasi, dan perkembangan manusia di Indonesia. Fosil manusia juga dapat membantu kita untuk mengetahui interaksi antara manusia purba dengan lingkungan dan organisme lainnya. Contoh fosil manusia di Indonesia adalah Homo erectus (manusia Jawa), Homo floresiensis (manusia hobbit), dan Homo sapiens (manusia modern).
  • Fosil hewan: Fosil hewan adalah fosil yang berasal dari spesies-spesies hewan yang hidup di Indonesia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil hewan dapat membantu kita untuk mengetahui keanekaragaman, distribusi, dan evolusi hewan di Indonesia. Fosil hewan juga dapat membantu kita untuk mengetahui hubungan antara hewan dengan lingkungan dan organisme lainnya. Contoh fosil hewan di Indonesia adalah Stegodon (gajah purba), Megalania (kadal raksasa), dan Harimau Jawa (harimau punah).
  • Fosil tumbuhan: Fosil tumbuhan adalah fosil yang berasal dari spesies-spesies tumbuhan yang hidup di Indonesia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil tumbuhan dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis, struktur, dan fungsi tumbuhan di Indonesia. Fosil tumbuhan juga dapat membantu kita untuk mengetahui perubahan iklim dan lingkungan yang terjadi di masa lalu. Contoh fosil tumbuhan di Indonesia adalah Dipterocarpus (meranti), Gnetum (melinjo), dan Nipa (nipah).

Aplikasi Geologi Regional di Indonesia

Setelah mempelajari konsep-konsep dan contoh-contoh geologi regional di Indonesia, kita bisa mengaplikasikannya dalam berbagai bidang, seperti eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, mitigasi bencana alam, dan konservasi lingkungan. Berikut adalah beberapa contoh aplikasi geologi regional di Indonesia:

  • Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui potensi, karakteristik, dan distribusi sumber daya alam yang ada di suatu wilayah. Sumber daya alam yang dimaksud bisa berupa mineral, batubara, migas, panas bumi, atau air tanah. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti tektonik lempeng, struktur geologi, stratigrafi, dan paleontologi, kita bisa menentukan zona-zona potensial sumber daya alam, melakukan survei geofisika atau survei geokimia, atau pengeboran eksplorasi untuk mengetahui kandungan dan kualitas sumber daya alam tersebut. Contoh aplikasi geologi regional dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia adalah:
    • Eksplorasi mineral: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis mineral yang terdapat di suatu wilayah, seperti emas, perak, tembaga, nikel, timah, atau batu permata. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti tektonik lempeng, struktur geologi, dan metamorfisme, kita bisa menentukan zona-zona potensial mineral, seperti zona subduksi (untuk mineral hidrotermal), zona sesar (untuk mineral epitermal), atau zona metamorf (untuk mineral pegmatit). Contoh eksplorasi mineral di Indonesia adalah di daerah Grasberg (Papua), Martabe (Sumatera Utara), dan Cikotok (Banten).
    • Eksplorasi batubara: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis batubara yang terdapat di suatu wilayah, seperti antrasit, bituminus, sub-bituminus, atau lignit. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti stratigrafi, paleontologi, dan paleoklimatologi, kita bisa menentukan zona-zona potensial batubara, seperti zona delta (untuk batubara bituminus), zona pantai (untuk batubara sub-bituminus), atau zona rawa (untuk batubara lignit). Contoh eksplorasi batubara di Indonesia adalah di daerah Ombilin (Sumatera Barat), Tanjung Enim (Sumatera Selatan), dan Kutai (Kalimantan Timur).
    • Eksplorasi migas: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis minyak dan gas bumi yang terdapat di suatu wilayah, seperti minyak mentah, gas alam, gas asosiasi, atau gas non-asosiasi. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti tektonik lempeng, struktur geologi, dan stratigrafi, kita bisa menentukan zona-zona potensial migas, seperti zona subduksi (untuk migas konvensional), zona sesar (untuk migas non-konvensional), atau zona cekungan sedimen (untuk migas konvensional dan non-konvensional). Contoh eksplorasi migas di Indonesia adalah di daerah Cepu (Jawa Tengah), Mahakam (Kalimantan Timur), dan Natuna (Kepulauan Riau).
    • Eksplorasi panas bumi: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis panas bumi yang terdapat di suatu wilayah, seperti panas bumi kering, panas bumi basah, panas bumi uap, atau panas bumi campuran. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti tektonik lempeng, vulkanisme, dan struktur geologi, kita bisa menentukan zona-zona potensial panas bumi, seperti zona vulkanik aktif (untuk panas bumi kering dan uap), zona vulkanik tidak aktif (untuk panas bumi basah dan campuran), atau zona sesar (untuk panas bumi kering dan basah). Contoh eksplorasi panas bumi di Indonesia adalah di daerah Kamojang (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), dan Lahendong (Sulawesi Utara).
    • Eksplorasi air tanah: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis air tanah yang terdapat di suatu wilayah, seperti air tanah bebas, air tanah tertekan, air tanah artesis, atau air tanah karst. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti geomorfologi, pelapukan, dan rekahan, kita bisa menentukan zona-zona potensial air tanah, seperti zona dataran tinggi karst (untuk air tanah karst), zona dataran rendah aluvial (untuk air tanah bebas dan tertekan), atau zona pegunungan vulkanik (untuk air tanah artesis). Contoh eksplorasi air tanah di Indonesia adalah di daerah Gunung Sewu (Yogyakarta), Citarum (Jawa Barat), dan Batur (Bali).
  • Mitigasi bencana alam: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis bencana alam yang terjadi di suatu wilayah, seperti gempa bumi, gunung berapi, tsunami, longsor, banjir, atau kekeringan. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti tektonik lempeng, vulkanisme, seismisitas, dan geomorfologi, kita bisa menentukan zona-zona rawan bencana alam, seperti zona subduksi (untuk gempa bumi, gunung berapi, dan tsunami), zona sesar (untuk gempa bumi dan longsor), atau zona dataran rendah (untuk banjir dan kekeringan). Contoh mitigasi bencana alam di Indonesia adalah dengan melakukan pemetaan ancaman, peringatan dini, evakuasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi di daerah-daerah yang terkena bencana alam.
  • Konservasi lingkungan: Geologi regional dapat membantu kita untuk mengetahui jenis-jenis lingkungan yang ada di suatu wilayah, seperti karst, mangrove, hutan hujan tropis, atau padang rumput. Dengan menggunakan konsep-konsep geologi regional, seperti pelarutan, sedimentasi, pelapukan, dan vegetasi, kita bisa menentukan zona-zona konservasi lingkungan, seperti zona karst (untuk konservasi air tanah dan keanekaragaman hayati), zona mangrove (untuk konservasi pantai dan ekosistem laut), atau zona hutan hujan tropis (untuk konservasi iklim dan keanekaragaman hayati). Contoh konservasi lingkungan di Indonesia adalah dengan melakukan perlindungan, pengelolaan, pemanfaatan berkelanjutan, dan restorasi di kawasan-kawasan konservasi lingkungan.

Penutup

Demikianlah artikel saya tentang geologi regional: konsep dan aplikasinya di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat bagi sobat geologi yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang geologi regional di Indonesia. Geologi regional adalah ilmu yang sangat luas dan menarik untuk dikaji. Dengan mempelajari geologi regional, kita bisa mengenal lebih dekat tentang Indonesia dari segi geologinya. Kita juga bisa berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan sumber daya alam, mitigasi bencana alam, dan konservasi lingkungan. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Referensi

  • Suhanda et al. 2019. Geologi Regional Indonesia. Bandung: ITB Press.
  • Sukamto et al. 2018. Aplikasi Geologi Regional dalam Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Mitigasi Bencana Alam di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
  • Hamilton 1979. Tectonics of the Indonesian Region. Washington: USGS.
  • Sutikno et al. 2017. Aplikasi Geologi Regional dalam Konservasi Lingkungan di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
  • Simandjuntak et al. 2016. Studi Kasus Geologi Regional di Berbagai Wilayah di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top