Mengenal Sayatan Geologi Melalui Pemetaan Lapangan

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, baik dari segi bentuk, komposisi, struktur, sejarah, dan proses yang terjadi di dalamnya. Geologi juga berkaitan dengan sumberdaya alam yang ada di bumi, seperti mineral, batubara, minyak bumi, gas alam, air tanah, dan lain-lain. Untuk memahami geologi suatu daerah, kita perlu melakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan, serta menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Salah satu hasil dari kegiatan geologi lapangan adalah sayatan geologi dan peta geologi.

Sayatan geologi adalah gambaran kondisi geologis di bawah permukaan bumi yang diperoleh dari pemetaan geologi lapangan. Sayatan geologi menunjukkan penyebaran batuan secara vertikal dan lateral, serta struktur geologi yang mempengaruhi batuan tersebut. Sayatan geologi dapat membantu kita untuk mengetahui sejarah geologi suatu daerah, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan untuk mengungkap fenomena geologi suatu daerah, dengan hasil akhir berupa peta geologi yang mencakup geomorfologi, penyebaran batuan secara vertikal dan lateral (stratigrafi), struktur geologi, dan sejarah geologi suatu daerah serta potensi sumberdaya alam daerah penelitian. Pemetaan geologi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti metode lapangan, metode laboratorium, metode interpretasi citra penginderaan jauh, dan metode analisis spasial.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang sayatan geologi dan pemetaan geologi, serta contoh-contoh dari berbagai daerah di Indonesia. Mari kita mulai!

Sayatan Geologi

Sayatan geologi adalah gambaran kondisi geologis di bawah permukaan bumi yang diperoleh dari pemetaan geologi lapangan. Sayatan geologi biasanya dibuat dengan menggunakan skala horizontal dan vertikal yang sama, sehingga dapat menunjukkan proporsi yang sesuai antara lebar dan kedalaman batuan. Sayatan geologi juga dilengkapi dengan simbol-simbol yang mewakili jenis batuan, struktur geologi, dan data pendukung lainnya.

Untuk membuat sayatan geologi, kita perlu mengikuti beberapa prinsip dasar dalam ilmu geologi, yaitu:

  • Hukum superposisi: lapisan batuan yang lebih muda berada di atas lapisan batuan yang lebih tua.
  • Hukum kesinambungan: lapisan batuan yang sama akan berlanjut secara horizontal sampai terputus oleh struktur atau proses lainnya.
  • Hukum hubungan silang: lapisan batuan atau struktur yang memotong lapisan atau struktur lainnya lebih muda daripada yang dipotongnya.
  • Hukum inklusi: fragmen batuan atau mineral yang terdapat dalam lapisan atau struktur lainnya lebih tua daripada lapisan atau struktur tersebut.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip tersebut, kita dapat menentukan urutan kronologis dari peristiwa-peristiwa geologis yang terjadi di suatu daerah.

Berikut adalah contoh-contoh sayatan geologi dari berbagai daerah di Indonesia:

Sayatan Geologi Sumatera

Sumatera adalah pulau terbesar kedua di Indonesia setelah Kalimantan. Sumatera memiliki sejarah geologis yang kompleks dan panjang, mulai dari zaman Paleozoikum hingga zaman Kuarter. Sumatera juga merupakan bagian dari jalur vulkanik aktif (Ring of Fire) yang mengelilingi Samudra Pasifik.

Salah satu daerah di Sumatera yang memiliki sayatan geologi yang menarik adalah daerah Sibolga di Sumatera Utara. Daerah ini terletak di sebelah barat Pegunungan Barisan, yang merupakan rangkaian gunung berapi yang membentang dari utara ke selatan Sumatera. Daerah Sibolga memiliki sayatan geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen, batuan metamorf, dan batuan vulkanik, serta struktur geologi seperti lipatan, patahan, dan sesar.

Berikut adalah gambar sayatan geologi daerah Sibolga:

Sayatan Geologi Sibolga

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa daerah Sibolga memiliki lapisan batuan sedimen yang tersusun dari batu pasir, batu lempung, dan batu gamping. Lapisan batuan sedimen ini berasal dari zaman Mesozoikum hingga zaman Tersier. Lapisan batuan sedimen ini kemudian mengalami proses metamorfosis akibat tekanan dan suhu tinggi, sehingga berubah menjadi batuan metamorf seperti sekis, filit, dan marmer. Batuan metamorf ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter.

Selain itu, daerah Sibolga juga memiliki lapisan batuan vulkanik yang tersusun dari andesit, basalt, dan tuf. Batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Barisan, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Batuan vulkanik ini juga mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Daerah Sibolga juga memiliki struktur geologi yang kompleks, seperti lipatan, patahan, dan sesar. Lipatan adalah bentuk perubahan bentuk lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Patahan adalah bentuk pemutusan lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Sesar adalah bentuk pergeseran lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Struktur geologi ini menunjukkan adanya gaya-gaya tektonik yang mempengaruhi daerah Sibolga sejak zaman Mesozoikum hingga zaman Kuarter.

Dari sayatan geologi daerah Sibolga, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Sayatan Geologi Jawa

Jawa adalah pulau terpadat di Indonesia dan di dunia. Jawa memiliki sejarah geologis yang sangat kaya dan beragam, mulai dari zaman Pra-Kambrium hingga zaman Kuarter. Jawa juga merupakan bagian dari jalur vulkanik aktif (Ring of Fire) yang mengelilingi Samudra Pasifik.

Salah satu daerah di Jawa yang memiliki sayatan geologi yang menarik adalah daerah Yogyakarta di Jawa Tengah. Daerah ini terletak di sebelah selatan Pegunungan Sewu, yang merupakan rangkaian pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat Jawa. Daerah Yogyakarta memiliki sayatan geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping), batuan vulkanik (andesit), serta struktur geologi seperti karst, gua, dan sungai bawah tanah.

Berikut adalah gambar sayatan geologi daerah Yogyakarta:

Sayatan Geologi Yogyakarta

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa daerah Yogyakarta memiliki lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping) yang tersusun dari kalsit dan dolomit. Lapisan batuan karbonat ini berasal dari zaman Paleozoikum hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan karbonat ini kemudian mengalami proses pelarutan akibat air hujan dan air tanah, sehingga membentuk fenomena karst.

Karst adalah bentuk permukaan bumi yang khas akibat pelarutan batuan karbonat oleh air. Karst dapat berupa bukit-bukit kapur (gumuk), lembah-lembah kapur (polje), lubang kapur (doline), menara-menara kapur (pinnacle), gua-gua kapur (cave), dan sungai-sungai bawah tanah (underground river). Karst dapat menjadi tempat tinggal, sumber air, sumberdaya mineral, tempat wisata, dan tempat penelitian.

Salah satu contoh karst yang terkenal di daerah Yogyakarta adalah Gua Pindul. Gua Pindul adalah gua kapur yang memiliki panjang sekitar 350 meter, lebar sekitar 5 meter, dan tinggi sekitar 4 meter. Gua Pindul memiliki sungai bawah tanah yang mengalir di dalamnya, dengan kedalaman sekitar 1-12 meter. Gua Pindul juga memiliki stalaktit, stalagmit, kolom, dan ornamen-ornamen kapur lainnya yang terbentuk dari endapan kalsium karbonat. Gua Pindul merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di daerah Yogyakarta, karena pengunjung dapat menikmati keindahan gua dengan cara berenang atau berperahu karet di sungai bawah tanahnya.

Selain itu, daerah Yogyakarta juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit) yang tersusun dari plagioklas, piroksen, amfibol, dan biotit. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Sewu, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini juga mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Dari sayatan geologi daerah Yogyakarta, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Sayatan Geologi Kalimantan

Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Papua Nugini. Kalimantan memiliki sejarah geologis yang cukup sederhana dan stabil, mulai dari zaman Paleozoikum hingga zaman Kuarter. Kalimantan juga merupakan bagian dari jalur non-vulkanik yang mengelilingi Samudra Hindia.

Salah satu daerah di Kalimantan yang memiliki sayatan geologi yang menarik adalah daerah Samarinda di Kalimantan Timur. Daerah ini terletak di sebelah timur Pegunungan Meratus, yang merupakan rangkaian pegunungan non-vulkanik yang membentang dari selatan ke utara Kalimantan. Daerah Samarinda memiliki sayatan geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen non-karbonat (batu pasir dan batu lempung), serta struktur geologi seperti antiklin, sinclin, patahan normal, dan patahan invers.

Berikut adalah gambar sayatan geologi daerah Samarinda:

Sayatan Geologi Samarinda

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa daerah Samarinda memiliki lapisan batuan sedimen non-karbonat (batu pasir dan batu lempung) yang tersusun dari kuarsa, feldspar, mika, kaolin, dan montmorilonit. Lapisan batuan sedimen non-karbonat ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan sedimen non-karbonat ini kemudian mengalami proses pengendapan akibat aliran sungai Mahakam dan anak-anak sungainya.

Daerah Samarinda juga memiliki struktur geologi yang sederhana, seperti antiklin, sinclin, patahan normal, dan patahan invers. Antiklin adalah bentuk lipatan yang berupa busur ke atas. Sinclin adalah bentuk lipatan yang berupa busur ke bawah. Patahan normal adalah bentuk pemutusan lapisan batuan akibat gaya tarik. Patahan invers adalah bentuk pemutusan lapisan batuan akibat gaya tekan. Struktur geologi ini menunjukkan adanya gaya-gaya tektonik yang mempengaruhi daerah Samarinda sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter.

Dari sayatan geologi daerah Samarinda, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Salah satu sumberdaya alam yang terkenal dari daerah Samarinda adalah batubara. Batubara adalah batuan sedimen organik yang terbentuk dari pengubahan bahan-bahan nabati akibat tekanan dan suhu tinggi. Batubara memiliki nilai kalori yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau bahan baku industri. Daerah Samarinda memiliki cadangan batubara yang cukup besar, sekitar 2,5 miliar ton, yang tersebar di lapisan batu pasir dan batu lempung zaman Tersier hingga zaman Kuarter.

Sayatan Geologi Sulawesi

Sulawesi adalah pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sulawesi memiliki sejarah geologis yang sangat kompleks dan dinamis, mulai dari zaman Pra-Kambrium hingga zaman Kuarter. Sulawesi juga merupakan bagian dari jalur vulkanik aktif (Ring of Fire) yang mengelilingi Samudra Pasifik.

Salah satu daerah di Sulawesi yang memiliki sayatan geologi yang menarik adalah daerah Palu di Sulawesi Tengah. Daerah ini terletak di sebelah barat Pegunungan Mekongga, yang merupakan rangkaian gunung berapi yang membentang dari utara ke selatan Sulawesi. Daerah Palu memiliki sayatan geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping), batuan metamorf (sekis), batuan vulkanik (andesit), serta struktur geologi seperti sesar Palu-Koro, lipatan, dan patahan.

Berikut adalah gambar sayatan geologi daerah Palu:

Sayatan Geologi Palu

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa daerah Palu memiliki lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping) yang tersusun dari kalsit dan dolomit. Lapisan batuan karbonat ini berasal dari zaman Paleozoikum hingga zaman Tersier. Lapisan batuan karbonat ini kemudian mengalami proses metamorfosis akibat tekanan dan suhu tinggi, sehingga berubah menjadi batuan metamorf seperti sekis. Batuan metamorf ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter.

Selain itu, daerah Palu juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit) yang tersusun dari plagioklas, piroksen, amfibol, dan biotit. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Mekongga, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini juga mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Daerah Palu juga memiliki struktur geologi yang sangat kompleks, seperti sesar Palu-Koro, lipatan, dan patahan. Sesar Palu-Koro adalah sesar geser kanan yang memanjang sepanjang 300 km dari utara ke selatan Sulawesi. Sesar ini merupakan salah satu sesar aktif terbesar di dunia, yang dapat menyebabkan gempa bumi besar dan tsunami. Lipatan adalah bentuk perubahan bentuk lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Patahan adalah bentuk pemutusan lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Struktur geologi ini menunjukkan adanya gaya-gaya tektonik yang mempengaruhi daerah Palu sejak zaman Paleozoikum hingga zaman Kuarter.

Dari sayatan geologi daerah Palu, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Sayatan Geologi Papua

Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Papua memiliki sejarah geologis yang sangat muda dan aktif, mulai dari zaman Mesozoikum hingga zaman Kuarter. Papua juga merupakan bagian dari jalur vulkanik aktif (Ring of Fire) yang mengelilingi Samudra Pasifik.

Salah satu daerah di Papua yang memiliki sayatan geologi yang menarik adalah daerah Tembagapura di Papua Barat. Daerah ini terletak di sebelah timur Pegunungan Sudirman, yang merupakan rangkaian gunung berapi tertinggi di Indonesia. Daerah Tembagapura memiliki sayatan geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen (batu pasir dan batu lempung), batuan vulkanik (andesit dan dasit), serta struktur geologi seperti intrusi, alterasi, dan mineralisasi.

Berikut adalah gambar sayatan geologi daerah Tembagapura:

Sayatan Geologi Tembagapura

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa daerah Tembagapura memiliki lapisan batuan sedimen (batu pasir dan batu lempung) yang tersusun dari kuarsa, feldspar, mika, kaolin, dan montmorilonit. Lapisan batuan sedimen ini berasal dari zaman Mesozoikum hingga zaman Tersier. Lapisan batuan sedimen ini kemudian mengalami proses pengendapan akibat aliran sungai Lorentz dan anak-anak sungainya.

Selain itu, daerah Tembagapura juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit dan dasit) yang tersusun dari plagioklas, piroksen, amfibol, biotit, dan kuarsa. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Sudirman, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini juga mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Daerah Tembagapura juga memiliki struktur geologi yang sangat menarik, seperti intrusi, alterasi, dan mineralisasi. Intrusi adalah bentuk masuknya batuan cair (magma) ke dalam lapisan batuan lainnya. Alterasi adalah bentuk perubahan kimia dan mineralogi lapisan batuan akibat pengaruh fluida panas (hidrotermal). Mineralisasi adalah bentuk pembentukan mineral-mineral ekonomis akibat proses alterasi. Struktur geologi ini menunjukkan adanya sistem hidrotermal yang berkaitan dengan intrusi magma di daerah Tembagapura.

Dari sayatan geologi daerah Tembagapura, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Salah satu sumberdaya alam yang terkenal dari daerah Tembagapura adalah Grasberg. Grasberg adalah tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, yang terletak di puncak Gunung Carstensz. Grasberg memiliki cadangan emas sekitar 2.800 ton dan cadangan tembaga sekitar 38 juta ton. Grasberg merupakan salah satu tambang terunik di dunia, karena berada di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.

Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan untuk mengungkap fenomena geologi suatu daerah, dengan hasil akhir berupa peta geologi yang mencakup geomorfologi, penyebaran batuan secara vertikal dan lateral (stratigrafi), struktur geologi, dan sejarah geologi suatu daerah serta potensi sumberdaya alam daerah penelitian. Pemetaan geologi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti metode lapangan, metode laboratorium, metode interpretasi citra penginderaan jauh, dan metode analisis spasial.

Metode lapangan adalah metode pemetaan geologi yang dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur langsung fenomena geologi di lapangan. Metode lapangan meliputi kegiatan-kegiatan seperti:

  • Mengambil sampel batuan untuk analisis lebih lanjut
  • Mengukur ketebalan lapisan batuan
  • Mengukur arah kemiringan lapisan batuan
  • Mengidentifikasi jenis batuan
  • Mengidentifikasi struktur geologi
  • Mengidentifikasi fosil
  • Mengidentifikasi mineral ekonomis
  • Mengidentifikasi sumber air tanah
  • Mengidentifikasi bahaya geologi

Metode laboratorium adalah metode pemetaan geologi yang dilakukan dengan cara menganalisis sampel batuan yang telah diambil dari lapangan. Metode laboratorium meliputi kegiatan-kegiatan seperti:

  • Melakukan analisis kimia untuk mengetahui komposisi unsur-unsur dalam batuan
  • Melakukan analisis mineralogi untuk mengetahui jenis-jenis mineral dalam batuan
  • Melakukan analisis petrografi untuk mengetahui tekstur dan struktur mikroskopis dalam batuan
  • Melakukan analisis paleontologi untuk mengetahui jenis-jenis fosil dalam batuan
  • Melakukan analisis geokronologi untuk mengetahui umur absolut batuan

Metode interpretasi citra penginderaan jauh adalah metode pemetaan geologi yang dilakukan dengan cara menginterpretasikan citra yang diperoleh dari alat-alat penginderaan jauh, seperti satelit, pesawat terbang, atau drone. Metode interpretasi citra penginderaan jauh meliputi kegiatan-kegiatan seperti:

  • Menggunakan citra optik untuk mengetahui warna, bentuk, dan pola permukaan bumi
  • Menggunakan citra inframerah untuk mengetahui suhu, kelembaban, dan vegetasi permukaan bumi
  • Menggunakan citra radar untuk mengetahui tekstur, relief, dan struktur permukaan bumi
  • Menggunakan citra magnetik untuk mengetahui variasi medan magnet bumi
  • Menggunakan citra gravitasi untuk mengetahui variasi gaya berat bumi

Metode analisis spasial adalah metode pemetaan geologi yang dilakukan dengan cara menganalisis data dan informasi geologi secara spasial, yaitu dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG) atau geographic information system (GIS). Metode analisis spasial meliputi kegiatan-kegiatan seperti:

  • Menginput data dan informasi geologi ke dalam SIG
  • Mengolah data dan informasi geologi dengan menggunakan fungsi-fungsi SIG
  • Menampilkan data dan informasi geologi dengan menggunakan simbol-simbol SIG
  • Membuat peta geologi dengan menggunakan SIG

Dengan menggunakan metode-metode pemetaan geologi tersebut, kita dapat membuat peta geologi yang akurat dan informatif. Peta geologi adalah alat komunikasi yang penting dalam ilmu geologi, karena dapat menyajikan data dan informasi geologi secara visual dan mudah dipahami.

Berikut adalah contoh-contoh peta geologi dari berbagai daerah di Indonesia:

Peta Geologi Bogor

Bogor adalah kota di Jawa Barat yang terletak di sebelah selatan Jakarta. Bogor memiliki peta geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping), batuan vulkanik (andesit), serta struktur geologi seperti lipatan, patahan, dan sesar.

Berikut adalah gambar peta geologi Bogor:

Peta Geologi Bogor

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa Bogor memiliki lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping) yang berwarna hijau. Lapisan batuan karbonat ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan karbonat ini mengandung fosil-fosil laut, seperti foraminifera, gastropoda, bivalvia, dan coral.

Selain itu, Bogor juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit) yang berwarna merah. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Halimun-Salak, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Bogor juga memiliki struktur geologi yang kompleks, seperti lipatan, patahan, dan sesar. Lipatan adalah bentuk perubahan bentuk lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Patahan adalah bentuk pemutusan lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Sesar adalah bentuk pergeseran lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Struktur geologi ini menunjukkan adanya gaya-gaya tektonik yang mempengaruhi Bogor sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter.

Dari peta geologi Bogor, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Peta Geologi Bandung

Bandung adalah kota di Jawa Barat yang terletak di dataran tinggi. Bandung memiliki peta geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen non-karbonat (batu pasir dan batu lempung), batuan vulkanik (andesit dan basalt), serta struktur geologi seperti kaldera, kubah lava, dan gunung api.

Berikut adalah gambar peta geologi Bandung:

Peta Geologi Bandung

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa Bandung memiliki lapisan batuan sedimen non-karbonat (batu pasir dan batu lempung) yang berwarna kuning. Lapisan batuan sedimen non-karbonat ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan sedimen non-karbonat ini mengandung fosil-fosil darat, seperti tumbuhan, serangga, dan vertebrata.

Selain itu, Bandung juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit dan basalt) yang berwarna biru. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Tangkuban Perahu, Gunung Burangrang, Gunung Malabar, dan Gunung Papandayan, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Bandung juga memiliki struktur geologi yang sangat menarik, seperti kaldera, kubah lava, dan gunung api. Kaldera adalah bentuk cekungan besar yang terbentuk akibat runtuhnya puncak gunung berapi. Kubah lava adalah bentuk tonjolan bulat yang terbentuk akibat keluarnya lava kental dari gunung berapi. Gunung api adalah bentuk bukit atau gunung yang terbentuk akibat keluarnya lava cair, gas, abu, dan batu dari bawah permukaan bumi. Struktur geologi ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang masih berlangsung di Bandung.

Dari peta geologi Bandung, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Peta Geologi Malang

Malang adalah kota di Jawa Timur yang terletak di dataran tinggi. Malang memiliki peta geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping), batuan vulkanik (andesit dan basalt), serta struktur geologi seperti gunung api, kubah lava, dan kaldera.

Berikut adalah gambar peta geologi Malang:

Peta Geologi Malang

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa Malang memiliki lapisan batuan sedimen karbonat (batu gamping) yang berwarna hijau. Lapisan batuan karbonat ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan karbonat ini mengandung fosil-fosil laut, seperti foraminifera, gastropoda, bivalvia, dan coral.

Selain itu, Malang juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit dan basalt) yang berwarna merah. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pegunungan Tengger, Gunung Arjuno-Welirang, Gunung Kawi-Butak, dan Gunung Semeru, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Malang juga memiliki struktur geologi yang sangat menarik, seperti gunung api, kubah lava, dan kaldera. Gunung api adalah bentuk bukit atau gunung yang terbentuk akibat keluarnya lava cair, gas, abu, dan batu dari bawah permukaan bumi. Kubah lava adalah bentuk tonjolan bulat yang terbentuk akibat keluarnya lava kental dari gunung berapi. Kaldera adalah bentuk cekungan besar yang terbentuk akibat runtuhnya puncak gunung berapi. Struktur geologi ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik yang masih berlangsung di Malang.

Salah satu contoh struktur geologi yang terkenal di Malang adalah Bromo-Tengger-Semeru. Bromo-Tengger-Semeru adalah kompleks gunung berapi yang terdiri dari Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Kursi, Gunung Widodaren, dan Gunung Semeru. Bromo-Tengger-Semeru terletak di dalam kaldera Tengger yang memiliki diameter sekitar 10 km. Bromo-Tengger-Semeru merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di Malang, karena pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan budaya dari suku Tengger yang tinggal di sekitar gunung berapi.

Dari peta geologi Malang, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Peta Geologi Ambon

Ambon adalah kota di Maluku yang terletak di pulau Ambon. Ambon memiliki peta geologi yang menunjukkan adanya lapisan batuan sedimen non-karbonat (batu pasir dan batu lempung), batuan vulkanik (andesit dan basalt), serta struktur geologi seperti gunung api dan sesar.

Berikut adalah gambar peta geologi Ambon:

Peta Geologi Ambon

Dari gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa Ambon memiliki lapisan batuan sedimen non-karbonat (batu pasir dan batu lempung) yang berwarna kuning. Lapisan batuan sedimen non-karbonat ini berasal dari zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan sedimen non-karbonat ini mengandung fosil-fosil darat, seperti tumbuhan, serangga, dan vertebrata.

Selain itu, Ambon juga memiliki lapisan batuan vulkanik (andesit dan basalt) yang berwarna biru. Lapisan batuan vulkanik ini berasal dari aktivitas gunung berapi di Pulau Ambon, yang terjadi sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter. Lapisan batuan vulkanik ini mengandung mineral-mineral ekonomis seperti emas, perak, tembaga, dan seng.

Ambon juga memiliki struktur geologi yang sederhana, seperti gunung api dan sesar. Gunung api adalah bentuk bukit atau gunung yang terbentuk akibat keluarnya lava cair, gas, abu, dan batu dari bawah permukaan bumi. Sesar adalah bentuk pergeseran lapisan batuan akibat tekanan tektonik. Struktur geologi ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanik dan tektonik yang mempengaruhi Ambon sejak zaman Tersier hingga zaman Kuarter.

Salah satu contoh struktur geologi yang terkenal di Ambon adalah Gunung Api Banda. Gunung Api Banda adalah gunung berapi yang terletak di Kepulauan Banda, sekitar 200 km di sebelah selatan Pulau Ambon. Gunung Api Banda memiliki ketinggian sekitar 640 meter dan merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia. Gunung Api Banda memiliki kaldera yang berdiameter sekitar 7 km, yang terbentuk akibat letusan dahsyat pada tahun 1586. Gunung Api Banda merupakan salah satu sumber rempah-rempah yang berharga di masa lalu, seperti pala dan cengkeh.

Dari peta geologi Ambon, kita dapat mengetahui sejarah geologis daerah tersebut, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

Kesimpulan

Dari artikel ini, kita telah membahas tentang sayatan geologi dan pemetaan geologi, serta contoh-contoh dari berbagai daerah di Indonesia. Kita telah mengetahui bahwa sayatan geologi adalah gambaran kondisi geologis di bawah permukaan bumi yang diperoleh dari pemetaan geologi lapangan. Kita juga telah mengetahui bahwa pemetaan geologi adalah suatu kegiatan untuk mengungkap fenomena geologi suatu daerah, dengan hasil akhir berupa peta geologi yang mencakup geomorfologi, penyebaran batuan secara vertikal dan lateral (stratigrafi), struktur geologi, dan sejarah geologi suatu daerah serta potensi sumberdaya alam daerah penelitian.

Kita juga telah mengetahui bahwa sayatan geologi dan pemetaan geologi dapat membantu kita untuk mengetahui sejarah geologis suatu daerah, serta potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Sayatan geologi dan pemetaan geologi juga dapat menjadi alat komunikasi yang penting dalam ilmu geologi, karena dapat menyajikan data dan informasi geologi secara visual dan mudah dipahami.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang tertarik dengan sayatan geologi dan pemetaan geologi. Jika Anda ingin belajar lebih lanjut tentang topik ini, Anda dapat mengunjungi situs-situs berikut:

  • Geological Society of Indonesia
  • Indonesian Geological Agency
  • Indonesian Institute of Sciences
  • Indonesian Journal of Geology
  • Indonesian Geological Map

Terima kasih telah membaca artikel ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top